Social Icons

Pages

Monday, 23 February 2015

zam-zam noor

RUMAH YANG TERBUKA
Puisi Acep Zamzam Noor

Jarum penglihatanku memasuki seluruh pori-pori
Dalam tubuhmu. Keindahan yang kugali sering menjelma api
Yang menyalakan sumbu urat-urat darahku
Aku memintal lagu sepanjang lorong rahasiamu
Untuk kunyanyikan diam-diam. Tanganku meraba ayat-ayat
Tapi setiap kunaiki tangga ke langit terjauh
Aku selalu ditenggelamkan sinar bulan

Mengupas kemolekanmu dengan pisau pikiran
Adalah sia-sia. Keindahan hanya bisa kurasakan getarnya
Seperti cinta yang membakarku tiba-tiba
Aku menggali cahaya dari kuburan-kuburan kenanganmu
Untuk kunyalakan dalam jiwa. Dengan kaki te***jang
Kumasuki rumah batinmu yang terbuka
Di lantai pualam aku bergulingan sepanjang malam

 SERENADA
Puisi Acep Zamzam Noor

Sebuah senja yang kesumba, dan bumi
Berpayung mega-mega. Tak ada burung-burung di udara
Hanya kepaknya yang memanggil-manggil
Seakan lebih bisu dari bangku taman ini

Dan kita tertawa, tapi tertahan oleh cuaca
Yang memberat dan menekan. Kita pun tenggelam
Seperti sepasang bayang-bayang
Mengitari kelam dan dunia. Pada sebuah senja

Yang tak kita mengerti. Tapi kita hayati


SEPANJANG BRAGA
Puisi Acep Zamzam Noor

1

Lalat-lalat masih berterbangan
Mengitari restoran dan onggokan sampah
Tulisan-tulisan di dinding, papan-papan iklan
Derum kendaraan dan keloneng becak yang lewat
Menggulirkan waktu. Siapakah yang mabuk dan tersedu
Di ujung lagu? Tiang-tiang listrik
Kebisuan yang risik. Dipukul detik demi detik

2

“Selamat tinggal,” seorang lelaki berkacamata hitam
Mengumpat pada malam. Dari jemarinya yang kasar
Terdengar denting gitar, sedang dari mulutnya yang bau
Meluncur berbagai pesan perdamaian bagi dunia
Kisah menjadi lengkap, cuaca matang dan sunyi dewasa
“Sampai bertemu di lain kesempatan,” lelaki itu mengerang
Mungkin pada perempuan yang terbunuh tadi siang

3

Perhatikan lampu neon yang redup itu
Ia mengundang nyamuk dari berbagai warna kulit
Untuk kebersamaan. Ia semacam bendera, semacam tanda
Yang disetujui bersama. Semacam monumen bagi cinta
Tapi adakah makna di balik lambaian? Seorang pelacur tua
Seperti lampu neon yang redup itu, diam-diam memanggil kita
Juga untuk kebersamaan. Sekarang berapa harga karcis
Bandung-Jakarta?

 AKU TAK JADI MENULIS
Puisi Acep Zamzam Noor

Aku tak jadi menulis sajak untukmu
Lebih asyik mengurapi bangkai kupu-kupu
Keindahannya mengingatkanku pada kefanaan
Yang senantiasa menyalakan rindu
Dan kerapuhannya menjadi bagian dari waktu

Mungkin kerlip bintang masih bertanya tentang cinta
Tentang persetubuhan lampu dan cahaya
Dengan ujung jemari kusentuh tepi cakrawala
Suaraku patah oleh cuaca yang kehilangan bahasa
Dan airmataku terserap udara yang bertuba

Dahan-dahan mengelam saat memahami kehilangan
Ngungun menahan kepergian daun demi daun
Kesedihan menjadi ungkapan musim yang berganti
Ingin kubakar diriku agar sabar seperti debu
Dan bangkai kupu-kupu biarlah lebur bersamaku


SAJAK BULAN TENTANG SUNGAI
Puisi Acep Zamzam Noor

Telah kusebar harum bunga dan kuterangi
Belantara. Kuselimuti belukar dan semak yang gelap
Aku mengalir sepanjang perjalananmu dari hulu
Di antara lapisan mega dan jejak kabut
Di udara. Menyisir bintang-bintang
Yang mabuk anggur cahaya

Kurestui mereka yang bercinta. Ikan-ikan
Angin dan gelombang berkejaran dalam matamu:
Jangan layarkan perahu bermuat lampu khianat
Dan biarkan batu-batu semekar mawar
Dalam rahimmu. Telah kunyalakan rahasia bunga-bunga
Untuk melapangkan jalanmu ke muara

No comments:

Post a Comment

 
Blogger Templates